Hantu fall in love

Hantu fall in love
Breaking News
Loading...
Tuesday 23 June 2015

Mudik 2

23:25
Cerpen Mudik 2 posted guys! Happy reading, Don't forget visit this page: Obat pelangsing perut if you have a fat stomach problems and wanted to get rid of

Mudik 2




***

Ify senyam senyum sendiri setelah mengetahui Rio masih jomblo.

Aaaaa masih jomblo cin, jomblo! uhuy masih ada kesempatan buat jadi pacarnya Rio. Nah loh ini malah ngelantur, bagaimana kalau Rio ternyata tak memiliki perasaan yang sama? Patah jantung kan pastinya. Ah bodo lah harapan itu harus punya, mimpi pun juga. Orang yang gak punya mimpi kan sama aja kayak orang gila, eh itu kata orang loh, bukan Ify, Ify cuma pernah denger doang gak lebih.

"Ify, kunanon seserian sorangan? kade ah gelo ( Ify, kenapa senyam senyum sendiri? hati-hati gila.)" mama Ify terheran-heran melihat anaknya saat pulang sembari senyam-senyum sendiri tak jelas. Beliau sedang mempersiapkan makanan untuk makan siang.

Ify nyengir kemudian menghampiri mamanya.

"Tadi Ify ka bumi Sivia, di sebut geulis siah mah, panglingen ka Ify. Terus weh carita- carita babaturan SD, nyaritaken Rio jaba can gaduh ka bogoh ( tadi Ify ke rumah Sivia, di bilang cantik loh mah, pangling juga katanya, terus cerita-cerita sahabat SD, nyeritain Rio juga yang belum punya pacar)" Ify duduk di meja makan, ia mesem-mesem tak jelas saat mengatakan hal terakhir, perihal Rio yang belum punya pacar.

Mama gina mengangguk-ngangguk mengerti, dia tahu kalau anaknya ini suka sama sahabat kecilnya yang gendut bernama Rio, Ify memang sering curhat tentang pria itu yang suka memberinya ice cream.

"Rio jadi kasep deuih, teu genut ayena mah jadi begang. Aduh Ify mah tambah bogoh (Rio jadi ganteng lagi, gak gendut lagi. Aduh Ify mah tambah cinta)." Ify bercerita sambil tersenyum. 

Mamanya hanya geleng-geleng kepala tak habis pikir. Ia kemudian duduk di samping ify.

Ah, ada-ada saja anak muda jaman sekarang yang di pikirin itu pasti cinta, cowok dan cowok padahal kalau di pikir-pikir Ify masih kecil, perjalanannya masih panjang, tetapi dasar jaman tak bisa di tarik ulur ke masa lampau, dulu mama Gina boro-boro ngurusin pacar se usia Ify, masih fokus sama belajar.

"Sok emam hela, ke nyarita deui. Ti enying kan teu acan emam (ayo makan dulu, nanti cerita lagi, dari pagi kan belum makan)." mama Gina menyuruh Ify untuk makan. Ify menurut, senyum masih terus menghiasi wajahnya.

Dengan lahap Ify memakan masakan mamanya, tumis Kangkung dan goreng Tahu, di tambah sambel goreng buatan mama Ify yang maknyus banget. Tumis kangkung dengan ekstra cabe hijau serta goreng tahu adalah dua makanan kampung favorite Ify di tambah sambal goreng yang pedas bikin lidah kebakaran membuat Ify selalu menghabiskan makanan dalam piringanya tanpa tersisa satu biji pun. Karena kata papa Ify katanya kalau makan jangan nyisa, kalau di kampung mah katanya si nasi tersebut suka nangis dan hanya terdengar sama Ayam. Itu menurut mitos nggak tahu deh bener apa enggaknya. Emang Ify pikirin wkwk.


***

Sore hari waktu nya Alvin JJS alias jalan-jalan sore pake sepeda. Eits, jangan berpikir kalau Alvin kere ya, Alvin cuma berbaik hati pada dunia ini, ceritanya go green mengurangi polusi, kurang baik apa coba Alvin? Alvin punya kok motor walaupun gak sebagus motor orang kota, tapi untuk ukuran orang kampung mah standar yang penting bisa di pake transfortasi kalau di butuhin.

Saat tiba-tiba Alvin lewat di depan rumah sahabat SD nya, Ify gadis kecil yang suka di kepang dua yang 9 tahun lalu hijrah ke kota. Merasa ada yang aneh. Pintunya terbuka. Gorden nya pun terbuka. 

Loh loh, Alvin kepo sumpah bagaimana kalau ada maling? Alvin negatif thinking dengan ini semua pasalnya Alvin tahu Ify dan keluarganya sudah lama tak menempati rumah ini, 9 tahun dan tak pernah kembali atau bahkan sekedar menengok pun tidak. Aneh kan bagaimana bisa terbuka, apa ada maling? Oh tidak bagaimana kalau iya, duh Alvin lupa bawa tongkat nanti kan bisa di pake buat mukul si maling. Tapi kok? Masa iya sih maling nya ngerampok sore-sore gini? Apa mungkin rumah ini DI JUAL? Haduh, atau mungkin juga saudara  Ify. Ah pusing, dari pada kepala pecah mending samperin. Oke Alvin cowok masa penakut sih, ah gak gentle.

Dengan berani Alvin memasuki pekarangan rumah Ify. Iya dia tak mau ke kepoannya semakin akut dan dia harus memastikannya sendiri, siapa orang yang berani-berani nya asuk ke rumah ini.

"Assalamualaikum...." teriak Alvin tak jelas di depan pintu. Tekad yang kuat membawa Alvin dengan berani ke pintu rumah ini, sepedanya ia tepikan dekat pohon mangga yang berada di pekarangan rumah Ify.

"Assalamualaikum.." lagi-lagi Alvin berteriak karena tak kunjung ada jawabannya. Memang Alvin tak kenal malu, siapapun yang ada di dalam Alvin tak akan pernah peduli, karena ia penasaran dengan ini semua tentang ke anehan yang terjadi.

"Waalaikumsalam..." sahut seseorang gadis baru saja datang, Ify. 

Kehadiran Ify cukup membuat Alvin cengo.

"Euleh.. Eleuh.. Iye bidadari timana, meni gelis pisan (aduh duh ini bidadari dari mana, cantik banget)" teriak Alvin dalam hati. Alvin malah melamun.

 Ify terheran-heran dengan pemuda di depannya ini. Eh tunggu-tunggu kok Ify rasanya pernah lihat ya, di album foto nya Sivia yang sipit-sipit dan Sivia bilang alvin. Ah Alvin tetangga Ify.

"Alvin?" suara Ify membuyarkan lamunan alvin. Alvin mengernyit heran pasalnya kenapa perempuan cantik ini tahu namanya. 

"Enya, anjen teh saha? Naha terang nami Alvin? Naha aya di bumi Ify, nu meser bumi Ify sugan? (iya, kamu siapa? Kenapa tahu nama Alvin? Kenapa ada di rumah Ify, yang beli rumah Ify ya?)" oke Alvin nanya nya udah persis wartawan yang kepo sama suatu kejadian. 

Ify tertawa, Alvin jadi tambah bingung.

"Naha nyah sugan Ify kalinglap pisan. Iyeu Ify, Vin. Iiraku teu kenal (kenapa ya Ify pangling banget mungkin. Ini Ify, Vin masa gak kenal)" jawaban Ify sukses membuat Alvin terbengong-bengong.

 Ify? Hah Ify? Gadis yang dulu hijrah ke kota dan sekarang ada di sini udah mirip bidadari yang turun dari khayangan dan bikin Alvin sempat terpesona sejenak. Tapi untung tak lama karena Alvin sadar Alvin punya Sivia.

"Hah, Ify? Iye leres Ify? Ah, piraku naha Ify jadi gelis kiyeu, bahela mah kan sok di untun dua, cicingen deuih ( hah, Ify? Ini benaran Ify? Ah masa. Kok Ify jadi cantik gini, dulu kan suka di kepang dua pendiam lagi)" Alvin blak-blak kan. Ekspresinya sama dengan Sivia waktu pertama kali tahu kalau gadis yang mirip bidadari dari khayangan menurut Alvin di depannya ini adalah Ify. Sahabat SD nya dulu.

"Wkwk enya Vin maenya teu percanten. Kumaha damang Vin? Yuk kalebet Vin (wkwk iya Vin masa gak percaya. Gimana kabar Vin? Yuk masuk, Vin) " ajak Ify.

"Alhamdulillah sae Iy, ih leres da asa ngimpi pepenak deui sareng Ify teh. Ify kumaha damang? Lain waktos Fy, Alvin bade ka bumi Rio, aya peryogi ( alhamdulillah baik Fy, ih bener loh berasa mimpi ketemu Ify. Ify giamana sehat? Kapan-kapan ya Fy, Alvin mau ke rumah Rio, ada perlu)" perkataan terakhir membuat Ify menahan napas. Mau ke rumah Rio? Hwaaaaa pengennnn ikutttt Ify berteriak dalam hati nya.

Pengen deh sumpah bilang ikut sama Alvin. Pengen banget ketemu pangeran hatinya, Rio.

"Alhamdulillah sae Ify ge. Oh enya atuh lain waktos. Hihi salam nya kango Rio (alhamdulillah baik Ify juga. Oh oke kapan-pan. Hihi salam ya buat Rio)" Ify tak tahu harus bilang apa, ya udah cuma itu aja.

"Uhuy.. Uhuy Ify.. Salam aya naon tah haha. Enya siip di salamken ti neng Ify anu gelis. Mangga Fy ( uhuy.. Uhuy Ify, salam ada apakah gerangan haha. Oke siip di salamin dari neng Ify yang cantik. yuk Fy)" alvin pamit, Ify mengangguk dasar, Alvin.

Hampir sahabat SD nya tahu kedekatan Ify dengan Rio, karena Rio terlalu perhatian dulu pada Ify, hanya pada Ify walaupun pada yang lain memang Rio baik tetapi kepada Ify, Rio terlalu baik. Lagi-lagi Ify tersenyum. Akan bagaimana jadinya jika takdir mempertemukannya dengan Rio. Ah ini sungguh manis untuk di bayang kan.

Mungkin tidak jika ia dan Rio berjodoh? mungkin juga. Selama 9 tahun Ify memendam rasa walaupun Ify tahu itu hanya cinta monyet, tetapi apa salahnya menjadi cinta orang dewasa pada umumnya.

TBC



0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer