Hantu fall in love

Hantu fall in love
Breaking News
Loading...
Sunday 16 August 2015

A visit to venesia again 2

21:25
Lanjutan yang kemarin A visit to venesia again 2. Tapi sekarang mungkin gue bakal off facebook untuk jangka waktu yang gak bisa gue tentuin.

A visit to venesia again 2


"Welcome again Venesia, walau bagaimanapun aku tak perlu sakit hati lagi olehmu, hanya kenangannya yang ada di sini. Raganya sudah tertimbun tanah di negara yang sama dengan, ku"

Ify menghela nafas ketika ia sampai di rumah nenek nya. Di Venesia, ibu kota negara Italia yang menyesakkan sekiranya bagi Ify, setelah di pikirkan secara matang, ia memutuskan untuk memberanikkan diri menginjakkan kaki nya di kota ini lagi. Dua tahun lamanya, Ify selalu berusaha menolak jika neneknya memaksanya untuk liburan lagi ke kota itu, saat liburan semester.  Ify kuliah di jurusan sastra di UI, sejak dua tahun terakhir. Waktu itu, waktu liburan kelulusan dan seperti sebelum-sebelumnya pada saat libur sekolah, ia rajin mengunjungi neneknya di sini di kota Venesia, Italia. Untuk liburan hanya itu tak ada yang lain. Hingga suatu hari di bulan juli, saat musim panas ia bertemu dengan seseorang di bawah jembatan Ponte dei Sospiri, yang konon katanya jembatan itu romantis, apalagi bagi pasangan kekasih yang sedang di mabuk cinta, atau bahkan baru memulai kisah cinta mereka.

"Ify, alla fine si vuole vacanza qui di nuovo (akhirnya kamu mau liburan ke sini lagi)" Sapa sang nenek sambil memeluk Ify cucu perempuannya itu dengan erat. Pasalnya beliau baru bertemu lagi dengan Ify setelah dua tahun terakhir. Karena faktor umur yang sudah tua beliau tak lagi sanggup untuk menempuh perjalanan ke negara Indonesia hanya untuk menengok cucunya ini, jadi biasanya orang tua Ify dan Gabriel yang berkunjung untuk menengok sang nenek, tanpa Ify, karena satu alasan gadis itu tak mau lagi berkunjung ke Venesia, Ya kenangan tentang Stevano Aditya.

"Sì perdona ficare come nuovo nonna possono visitare nonna (iya nenek maafkan ify karena baru bisa menengok nenek)" Ify merasa bersalah karena baru bisa menengok neneknya kali ini, sudah dua tahun Ify tak bertatap muka, karena ia selalu menolak jika saja orang tuanya mengajaknya untuk pergi ke sini.

"Non fa nulla Ify , nonna felice si vuole finalmente a qui ancora una volta , della nonna ha preparato il cibo lasciato al vostro favorito (tidak apa-apa Ify, nenek senang kamu akhirnya mau ke sini lagi, ayo nenek sudah menyiapkan makanan ke sukaan mu)" Ajak neneknya dengan semangat sambil menggandeng tangan Ify menuju meja makan. ify hanya pasrah, Gabriel sambil menentang koper berisi baju-baju nya juga Ify karena di perkirakan mereka akan lumayan lama berlibur di kota ini hanya geleng-geleng kepala, harap maklum, neneknya selalu menanyakan Ify setiap ia dan orang tuanya kemari.

Ify tahu, ia salah karena mengabaikan Venesia, neneknya selalu merindukkannya.

***

Sekali lagi ia mengunjungi jembatan Ponte dei Sospiri, tetapi kali ini bersama Gabriel. Ia mencoba memberanikan diri untuk mengunjungi tempat ini, seperti biasa banyak orang yang datang ke tempat ini untuk sekedar bersantai atau mungkin berkencan. Musim panas, kembali menyeret Ify pada bayangan bayangan itu.  Bulan Juli, hari Rabu di musim panas pertama kali mereka berkenalan. Di bawah sana ia menangkap pemandangan yang membuat dadanya kembali sesak, sebuah perahu melaju di atas air, menampung tiga orang, seperti dirinya dulu dan Stevano.

"Umur lo berapa tahun?"

"Gue baru lulus kemarin, ke sini cuma liburan."

"Terus mau ngelanjutin ke mana, gak ada rencana di sini?"

"Kayaknya gue milih dalam negri aja, di UI."

"Lo gak papa?"

Pertanyaan Gabriel membuyarkan lamunannya, Ify tersenyum lemah.

"Gak papa cuma inget aja,"

"Gue ngerti kok dek, tapi lo jangan kayak gini terus, dia pasti bakal sedih kalau lihat lo kayak gini. Lo harus meneruskan hidup lo."

"Gue tahu, tapi gue belum bisa."

Ify menerawang, 'iya gue belum bisa Stevano, bayangan elo selalu ada, selalu hadir di setiap hembusan nafas gue, debaran jantung gue. lo denger itu?'

"Maaf, Ify Ayunda Puteri?"

Sapaan seseorang membuat Ify dan Gabriel menoleh serempak. Keduanya mengernyit merasa tak mengenal laki-laki yang menentang sebuah kamera di tangannya itu. Laki-laki dengan perawakan tinggi, hitam manis dengan gaya rambut berantakkan, tampan dan terlihat dewasa.

"Iya, anda siapa, anda mengenal saya?" ify bertanya bingung. Gabriel memperhatikan dengan seksama laki-laki yang menyapa adiknya tersebut.

Tunggu.. Bukankah dia? Ya tuhan dia laki-laki yang di lihat nya di rumah sakit dengan perasaan bersalah  dan putus asa bersandar pada dinding rumah sakit, dia yang... Menabrak Stevano!!.

"Aku.. Mario Haling. Aku tidak mengenal kamu, tapi aku.. Mengenal Stevano Aditya."

Ify tersentak.

Nama itu sudah dua tahun tidak terdengar lagi di telinganya, kini ada seorang pria yang menyebutkan nama itu, siapa dia? Mengapa ia mengenal Ify Juga Stevano?

Laki-laki itu terlihat ragu menyebutkan nama Stevano, Gabriel memandangnya khawatir, jangan bilang laki-laki ini akan mengatakan kalau dia yang menabrak Stevano, Ify belum boleh tahu.

"Ah, Mario Haling bukan kah kou teman Stevano dari Indonesia kan? Stevano pernah bercerita padaku"

Iel memotong pembicaraan mereka, Ify memandang kakaknya bingung. Stevano punya teman dari Indonesia, bukankah pria itu pernah bilang ia hanya sendirian dan tak punya teman di kota ini, dan juga sejak kapan Iel dekat dengan Stevano?

"Kou teman Stevano?" Tanya Ify meyakinkan. Mario memandang Gabriel, yang penuh harap seperti mengatakan "bilang iya"

"I.. Iya." Rio tergagap. Ia sejujurnya ingin meminta maaf pada Ify, atas apa yang di lakukannya menabrak teman dekat atau mungkin kekasih gadis ini, Stevano Aditya. Tetapi orang di samping nya yang pernah ia lihat di rumah sakit bahkan pemakaman Stevano, sepertinya kakak gadis ini menyuruhnya untuk  tidak melakukan itu.

Dua tahun lamanya Rio di hantui rasa bersalah atas apa yang di lakukannya, menabrak pejalan kaki saat hujan deras di trotoar. Stevano Aditya, seorang mahasiswa yang berasal dari Indonesia, sama sperti dirinya. Ia jahat, karena telah membuat gadis ini, bahkan orang tua Stevano kehilangan pria itu.  Walaupun pada kenyataannya keluarga korban sudah memaafkannya, rasa bersalah saat melihat gadis ini histeris di rumah sakit ia jadi merasa bersalah dan tak bisa melanjutkan hidup nya. Sebelum ia bertemu dan meminta maaf dengan gadis yang bernama Ify ayunda Puteri, seseorang yang di sebut Stevano saat laki-laki itu menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya. Rio berusaha mencari keberadaan gadis ini tetapi hasilnya nihil, ia tak punya informasi sedikitpun tentang Ify Ayunda Puteri, hingga hari ini, mungkin sudah waktu ia bertemu dengan Ify, ia bertekad meminta maaf pada gadis ini, harus.

"Oh, baiklah, senang bertemu dengan teman.. Stevano, tapi maaf sepertinya aku ada urusan, benarkan kakak? " Ify berusaha tersenyum, dan juga mencari alsan supaya bisa menghindari sahabat Stevano ini. Hati nya yang jadi korban jika sudah berhubungan dengan Stevano pertanyaan 'mengapa Stevano harus pergi?' selalu terngiang-ngiang di otaknya.

Gabriel mengangguk.

"Maaf, kami permisi" Ify kemudian melangkahkan kaki nya tanpa berniat menunggu jawaban Rio.

"Tolong jangan katakan tentang itu pada Ify, biarin dia gak tahu apa-apa soal kejadian dua tahun lalu"

Gabriel berkata pelan, membuat Rio menghembuskan nafas pasrah.

"Baiklah kak"

"Oke gue duluan ya, lanjutin hidup lo semua adalah takdir"

 Gabriel menepuk pundah Rio, Rio mengangguk pasrah.

Melanjutkan hidup? Tidak akan bisa sepertinya sebelum ia mendapatkan kata maaf dari gadis itu. Tetapi, kakak gadis itu melarangnya untuk jujur kepada Ify bahwa ia yang menabrak Stevano.

Rio memandang kakak beradik yang kini kian menjauh dari hadapannya.

"Ify Ayunda Puteri, maafin gue karena gue udah nyebabin orang yang lo sayang ninggalin lo untuk selama-lamanya." Rio bergumam.

Seandainya dulu, ia menurut pada mamanya untuk tidak keluar Jum'at malam itu saat waktu hujan mengguyur bumi dengan ganas, mungkin kejadian itu tidak akan manjadi bagian dalam cerita hidupnya.

TBC..

0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer