Seperti biasa hari minggu anda akan di temani cerita aneh berjudul Hantu fall in love bagian empat. Ceritanya tambah aneh plus ancur kayak gini.. Semoga masih banyak yang suka.
Sebelum baca kunjungi dulu dong blog Nurdiana yang satu ini yaaa:
Itung itung bantuin Nurdiana buat banyakin pengunjung dan tuh web Nurdiana bisa cepet naik.. Oke sebelumnya Thanks guys.
Jangan lupa buat follow twitter Nurdiana di @nurdianaanissa3. Terus ask.fm di @nurdiana26
Empat
***
Ify sekarang gak malu-malu kucing lagi ngintilin Rio kemana-mana. Bayangkan saja, setiap hari Rio di ikutin mulu, gak ke sekolah, ke kolam renang, ke studio musik, ke lapangan kompleks, ke bioskop, cafe pokoknya dimana ada Rio pasti ada ce kunti bernama Ify sampai-sampai Rio ke toilet pun Ify ikutin. Eits, gak masuk ke dalam dong nunggu di luar pastinya. Ify udah kayak bodyguard nya Rio.
Mulut Rio sebenernya udah berbusa mau nyuruh Ify berhenti untuk mengikutinya tiap waktu. Si Ify kayaknya punya hati sekuat baja kepala sekeras batu di ceramahin habis-habisan sama Rio gak pernah di dengar.
Mulut Rio sebenernya udah berbusa mau nyuruh Ify berhenti untuk mengikutinya tiap waktu. Si Ify kayaknya punya hati sekuat baja kepala sekeras batu di ceramahin habis-habisan sama Rio gak pernah di dengar.
Orang pintar! Aha jalan satu-satunya untuk ngusir si ceu kunti gila bernama Ify, ya, cuma orang pinter.
Sudah dua minggu dari kejadian di mana Rio bisa melihat Ify itu terjadi, hari-hari Rio menjadi suram pada masa-masa itu. Dua minggu belakangan ini di ikutin hantu siapa yang nggak suram coba? banyak orang memandang Rio aneh karena sering ke pergok ngomong sendirian. Itu semua gara-gara kunti gila bernama Ify. Rio kesel. Kesel banget malah sama ceu kunti satu ini, kenapa Rio yang jadi korbannya? Kenapa harus ngintilin Rio mulu? Kenapa gak orang lain? kenapa? Meskipun Rio udah kasih alamat rumahnya Cakka tetep aja yang di ikutin Rio. Cuma Rio gak ganti jadi Cakka, maunya apa sih tuh si Ify, mau jadi perusuh di hidup Rio gitu?!
***
Hari Sabtu. Weekend. Sore hari. Entah kenapa hari ini tuh si Ify gak muncul-muncul dari pagi, lagi puasa mungkin dari acara ngikutin Rio nya, ah masa bodo deh. Tapi yang jelas Ini kesempatan emas buat Rio mengunjungi orang pinter. Ini Sebenernya ide konyol Cakka dan Gabriel kebetulan Rio curhat sama ke dua sahabatnya itu dan dengan bodohnya Cakka dan Gabriel malah mengusulkan ke orang pinter waktu dulu sebenernya Gabriel yang nyaranin si Cakka cuma ngebantu cari informasi di internet. Dan dapat! Namanya mbah Jono, orang pinter no one yang top markotop dalam mengusir hantu dengan berbagai ragam variasi jampi-jampinya.
Desa mekar sari. Disinilah mereka bertiga sekarang berada tepatnya di depan sebuah gubuk reot yang sangat memperihatinkan. Tadi waktu Cakka bertanya kepada warga setempat perihal alamat yang di pegang nya dalam secarik kertas, warga tersebut menunjukkan tempatnya di sini. Errr.. Keadaannya sangat mengkhawatirkan apalagi di halaman rumahnya! Iyuuuhh nggak banget deh masa dukun melihara kambing, ayam sama bebek.
Tapi, Demi ngusir kunti gila bernama Ify, apapun. Apapun akan Rio lakukan. Sebenernya ogah tujuh turunan Rio menginjakkan kaki di tempat ini, apalagi di halaman rumahnya pasti banyak sekali kotoran ayam sama bebeknya di tambah bau kambing lagi. Kemana sih anak sama istri si mbah dukun, kok nih halaman gak pernah di urus? apa jangan-jangan si mbah dukun itu duren alias duda keren? Pikiran Rio ngelantur kemana-mana.
"Err.. Kaki gue lecet nggak yaa?" tanya Cakka pada dua sobat nya, pasalnya ia bergidik ngeri membayangkan banyaknya kotoran ayam sama bebek di halaman rumah tersebut.
"Ini semua salah lo, lo yang dapet alamat mbah dukun itu dari internet, gak usah banyak protes deh. Gue pingin cepat selesai udah gak tahan bau 7 rupa di sini," sungut Gabriel.
Mereka bertiga pun segera berjalan ke halaman rumah tersebut, yang paling rempong si Cakka dia banyak banget ngeluh mulutnya udah kayak beo terus aja menggerutu sambil jalan jingkat-jingkatan takut nginjek kotoran Ayam sama Bebek sih sebenernya.
"Sampurasun (permisi)!"teriak Cakka. Rio dan Gabriel menutup telinga nya. Oke, karena di desa dan menurut desas-desus yang beredar ketika salam harus pake kata itu . Si mbah juga kebetulan orang sunda asli.
"Biasa aja kali Cak," dengus Gabriel, Cakka nyengir garing. Sebenernya mereka sembari membawa kamus bahasa sunda yang pegang Gabriel dia sebegai penerjemahnya.
"Rampes (silahkan)!" sebuah suara menyahut dari dalam, bersamaan dengan itu pintu terbuka munculah seorang pria berperawakan tinggi, dengan rambut gondrong, alis tebal, wajah sangar, janggut panjang serta kumis yang tebal. Mengerikan. Satu kata buat mbah dukun itu, pantas saja punya title mbah dukun.
Cakka, Iel dan Rio menelan ludah, takut juga nih sama mbah dukun satu.
Cakka, Iel dan Rio menelan ludah, takut juga nih sama mbah dukun satu.
"Saha jeng dek naon? (siapa dan ada apa?)" tanya si mbah dengan bahasa sunda yang kental banget.
Cakka langsung melirik ke arah Gabriel yang sibuk membuka kamus dan membaca deretan kata , lalu membisikkan sesuatu sebagai arti dan jawaban. Ribet memang. Si mbah dukun memandang aneh pada ke tiga pemuda tampan ini.
Cakka langsung melirik ke arah Gabriel yang sibuk membuka kamus dan membaca deretan kata , lalu membisikkan sesuatu sebagai arti dan jawaban. Ribet memang. Si mbah dukun memandang aneh pada ke tiga pemuda tampan ini.
"Kiyeu mbah, Aya perlu eh peryogi rerencangan abdi (begini mbah, Sahabat saya ada perlu)," jawab Cakka fasih.Wih, hebat juga si Cakka, sebenernya Cakka gak oon-oon banget sama bahasa sunda soalnya dulu Cakka pernah punya pembantu namanya Juminten yang kebetulan bisa bahasa sunda dan sesekali menggunakannya. Rio dari tadi hanya diam, dia tak mengerti sama sekali yang Cakka dan mbah dukun ucapkan. Si mbah mengangguk-ngangguk.
"Mangga atuh ka lebet (silahkan masuk ke dalam)!" kata si mbah membuka pintu lebar-lebar. Dari cara si mbah mereka mengerti tanpa harus membuka kamus. Rumahnya rapi, tidak seperti halaman rumahnya banyak sekali keris yang terpajang di dinding, Mistis memang.
Si mbah melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan, Cakka-Rio-Gabriel mengikutinya dari belakang.
Si mbah melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan, Cakka-Rio-Gabriel mengikutinya dari belakang.
"Jadi aya naon aranjen nepi datang kadieu? Nu aya perlu na saha? (jadi ada apa kalian datang kemari? Yang punya maksud siapa?)" tanya si mbah serius. Sambil duduk di depan sebuah meja, beliau sekarang sudah bisa menebak ternyata ke tiga pemuda ini orang kota, pantas saja tampan dan stylish.
"Iyeu mbah, Rio namina. Si Rio ges sababaraha mingu iye di tuturken wae ku jurig, arabi kadieu teh apal tina internet saur beja mbah teh tiasa ngusir sagala macem jurig (ini mbah Rio namanya, si Rio udah beberapa bulan ini di ikutin hantu, kita ke sini tahu dari internet, menurut informasi mbah bisa mengusir berbagai jenis hantu)," kata Cakka sambil menujuk Rio yang duduk di sebelahnya.
Si mbah memperhatikan wajah Rio lama membuat Rio risih juga jangan sampai tuh mbah dukun naksir sama kegantengan yang di milikinya dari lahir narsis Rio, Rio gak tahu aja kalau si mbah lagi liatin sesuatu yang aneh tetapi mungkin tidak bisa di katakan pada Rio.
Si mbah memperhatikan wajah Rio lama membuat Rio risih juga jangan sampai tuh mbah dukun naksir sama kegantengan yang di milikinya dari lahir narsis Rio, Rio gak tahu aja kalau si mbah lagi liatin sesuatu yang aneh tetapi mungkin tidak bisa di katakan pada Rio.
"Jurig rupa naon?(hantu jenis apa?)"tanya si mbah Rio ngelirik Cakka dan Gabriel yang saling bisik dari tadi. Bingung juga disini Rio udah kayak obat nyamuk kerjaannya liatin orang ngomong sambil garuk-garuk kepala tak jelas.
"Kunti mbah. Hapunten mbah abi nu ngawalerna rerencangan abina teu tiasaeun bahasa sunda (kunti mbah. Maaf saya yang menjawab teman saya tidak bisa berbahasa sunda)," kata Cakka. Mbah mengangguk-ngangguk.
"Jadi, aranjen datang kadieu hayang ngarah si jurig kunti teu nuturken wae Rio?(jadi kalian ke sini, sengaja pingin membuat hantu ceu kunti itu tidak membuntuti Rio terus?)"
Rio hanya mengangguk saja, pasti di tujukan padanya soalnya namanya di sebut-sebut.
"Enya bah (iya mbah)." jawab Cakka mantap.
"Sabenerna aya sababaraha cara jang ngusir jurig, tapi anu lewih gampang mah ku bawang bodas. Si Rio ulah poho kudu mamawa bawang bodas ka mamana (sebenarnya ada beberapa cara untuk mengusir hantu, tetapi yang lebih gampang dengan bawang putih. Si Rio jangan lupa untuk membawa bawang putih kemana-mana)," jelas Si mbah alas kali tinggi di bagi setengah, rumus segitiga.
Ketiganya saling pandang lalu bisik-bisik ala cowok kece dari Gabriel ke Cakka, Cakka ke Rio.
Setelah tahu artinya mereka menganga tak percaya. Cuma bawang putih? Oh my jauh-jauh datang ke sini perjuangan melewati halaman rumah yang banyak kotoran ayam sama bebeknya di tambah lagi dengan bau khas ala kambing, terus juga pusing-pusing nerjemahin bahasa Sunda sampai-sampai harus bawa kamus segala cuma dengan bawang putih. Ini benar-benar konyol sungguh konyol dan emang bener-bener konyol.
Setelah tahu artinya mereka menganga tak percaya. Cuma bawang putih? Oh my jauh-jauh datang ke sini perjuangan melewati halaman rumah yang banyak kotoran ayam sama bebeknya di tambah lagi dengan bau khas ala kambing, terus juga pusing-pusing nerjemahin bahasa Sunda sampai-sampai harus bawa kamus segala cuma dengan bawang putih. Ini benar-benar konyol sungguh konyol dan emang bener-bener konyol.
"Teu aya nu kudu di lakuken kitu mbah salianti eta? (apa tidak ada lagi yang di lakukan selain itu mbah?)" tanya Cakka lagi. Dia kurang puas sama saran si mbah, jampi-jampi yang banyak di katakan orang nya mana? mana? Kok cuma ngasih saran bawang putih doang sih! Si mbah mengangguk.
Aneh. Jangan-jangan si mbah dukun tuti alias tukang tipu di tahun 2015 ini. Tapi apa boleh buat mau protes takut sama wajah sangarnya. Cakka segera mengeluarkan amplop dari saku kemejanya, di serahkannya amplop tersebut si mbah menerimanya dengan senyum cerah.
Aneh. Jangan-jangan si mbah dukun tuti alias tukang tipu di tahun 2015 ini. Tapi apa boleh buat mau protes takut sama wajah sangarnya. Cakka segera mengeluarkan amplop dari saku kemejanya, di serahkannya amplop tersebut si mbah menerimanya dengan senyum cerah.
"Enya atuh mbah pami kitu mah. Hatur nuhun mbah (ya udah kalau begitu mbah,terimakasih mbah)." kata cakka, si mbah mengangguk, dia asyik memperhatikan isi amplop tebal sekali kemudian mengantarkan ke tiga pemuda tersebut sampai ke pintu.
"Mangga bah (permisi mbah)," kata Cakka lagi. Si mbah lagi-lagi mengangguk.
"Enya mangga. Kade di jalanna sing hati-hati (iya silahkan. Hati-hati di jalannya)!" kata mbah lagi memberi pesan ketiganya mengangguk.
Setelah di tempat parkiran
"Sumpah demi apa! Ini benar-benar kurang masuk akal. Bawang putih. Ya ampun! gue gak habis pikir dan gak mau ngebayangin gimana perjuangan kita sampai di sini apalagi ngelewatin halaman rumah yang nggak banget," kata Cakka prustasi. Bener deh serius pake banget itu loh perjuangan melewati kotoran ayam sama bebeknya yang bikin jijik.
"Gue juga gak nyangka sumpah. Gue capek, capek nerjemahin dan hasilnya kayak gini ckck," giliran Gabriel yang menggerutu.
"Apalagi gue yang bingung sama bahasa tuh dukun, udah kayak obat nyamuk tadi." Rio juga ikut-ikutan nimbrung. Kini mereka bertiga masuk ke dalam mobil posisinya Cakka yang nyetir Gabriel di sebelahnya, kemudian Rio gelagatnya udah kayak bos besar! Di belakang ckck.
***
Hari ini sangat melelahkan bagi Ify. Dia super sibuk. Lingkungan hantu kedatangan anggota baru namanya Angel, memang jika ada hantu baru semua hantu-hantu dari berbagai belahan dunia serta berbagai rupa di kumpulkan untuk mengikuti acara pemberian title kepada anggota baru. Dan itu memakan waktu seharian, makanya sekarang Ify gak ngintilin Rio, libur dulu untuk hari ini. Si Ify gak tahu aja kalau Rio pergi ke orang pinter alias dukun untuk mengusirnya.
"Huft..Sepi rasanya, hidup gue hambar gak kerasa manis, asam, pahit, gurih juga nggak gara-gara seharian ini gak ketemu sama ayang Rio sehari aja rasanya seperti satu milyar tahun," kata Ify lebay.
Kini ia berjalan bersama Vivia.
"Gini nih kalau ratu lebay curhat pasti bahasa nya alay," komentar Vivia. Ify cuek bebek di katain ratu lebay.
"Hebat lo Vi, tittle itu emang cocok buat gue, ehh tapi apa aja yang seharian ini ayang Rio lakuin? Berenangkah, bermain basket kah? Ke cafe kah atau ke studio yaa?" kata Ify panjang lebar nyebutin semua yang kemungkinan Rio lakuin.
Tiba-tiba Vivia berhenti. Matanya menyipit memandang dengan teliti kedepan tepatnya ke dua orang yang sedang tertawa-tawa bersama Alvin dan Divana. Ify yang aneh karena tak ada respon dari Vivia langsung mengikuti arah pandang Vivia. Oh Alvin dan Divana, emang ada apa sih kok sahabatnya ngeliatnya kayak gitu, si Ify emang kurang konek hati sama otaknya nyangkut di rumah Rio.
"Dasar playboy cap ikan tongkol. Cewek mana aja di deketin," kata Vivia dari nada bicaranya tersendar kesal. Memang si Alvin sekarang gak pernah lagi gangguin Vivia semenjak acara terang-terangan penolakan tidak mengakui Alvin sebagai pacarnya. Ify curiga.
"Lo cemburu yaa?" selidik Ify kayak polisi yang lagi introgasi tersangka kasus pencopetan.
"Gue? Cemburu? Haha ya nggak lah!" kata Vivia tertawa hambar. Ify mengangguk-ngangguk. Tiba-tiba Alvin melihat ke arah mereka tanpa ada senyum satu inchi pun di wajahnya yang ada langsung melengos malas.
Vivia kok ngerasa ada yang sesak ya di salah satu organ tubuhnya ya tepatnya di bagian dada kayak seseorang penderita asma yang lagi kumat! Kenapa di saat Alvin gak tersenyum dan malah melengos itu rasanya kayak penderita asma itu.
"Lo nggak kangen gitu hidup lo di rusuhin Alvin?" tanya Ify membuat Vivia menoleh kearahnya. Kangen? Apa Sivia emang kangen ya sama ke jailan dan kerusuhan Alvin yang di timbulkan di kehidupannya?! Sivia diam Ify ngerti Sivia kehilangan Alvin tapi gengsinya udah akut tinggi setinggi menara eifel di paris jadi mati-matian Vivia menyangkal hatinya untuk mengatakan tidak kangen sama Alvin.
"Lo harus nyadarin perasaan lo sebelum semuanya terlambat. Jangan biarin gengsi melebihi menara Eifel di Paris. Menurut gosip yang beredar Divana naksir juga sama Alvin."kata Ify memanas-manasi Sivia.
"Gue udah tahu. Gue.. Gue.. Gak ngerti Fy, kenapa tadi saat mata kita bertemu dan Alvin lebih memilih ngacuhin gue, rasanya sesak banget, padahal waktu hidup gue sehat gak ngidap penyakit asma,"kata Vivia alay juga.
"Udah jelas lo suka sama Alvin, kalau suka ngomong dong gak boleh diem aja kayak ayam yang terkena virus flu burung," kata Ify. Vivia jadi berpikir, benar Dia harus ngomong sama Alvin. Peduli amat sama gengsi dari pada hatinya berkeping-keping menjadi beberapa bagian.
"Pikirin baik-baik nasihat gue!"kata Ify
"Oke. Gue bakalan nembak Alvin" kata Vivia mantap
"Lah kalian kan udah jadian" Ify jadi bingung.
"Belum terdaftar di KUA" balas Vivia. Ckck emang pernikahan.
"Serah deh serah lo maunya gimana, gue mah cukup jadi penonton sambil ngunyah popcorn menyaksikan telenovela alay yang tokohnya lo sama Alvin" kata Ify akhirnya. Vivia mengangguk-ngangguk lagi memantapkan hatinya untuk benar- benar menembak Alvin!
bersambung...
[sumber]
***
Hari ini sangat melelahkan bagi Ify. Dia super sibuk. Lingkungan hantu kedatangan anggota baru namanya Angel, memang jika ada hantu baru semua hantu-hantu dari berbagai belahan dunia serta berbagai rupa di kumpulkan untuk mengikuti acara pemberian title kepada anggota baru. Dan itu memakan waktu seharian, makanya sekarang Ify gak ngintilin Rio, libur dulu untuk hari ini. Si Ify gak tahu aja kalau Rio pergi ke orang pinter alias dukun untuk mengusirnya.
"Huft..Sepi rasanya, hidup gue hambar gak kerasa manis, asam, pahit, gurih juga nggak gara-gara seharian ini gak ketemu sama ayang Rio sehari aja rasanya seperti satu milyar tahun," kata Ify lebay.
Kini ia berjalan bersama Vivia.
"Gini nih kalau ratu lebay curhat pasti bahasa nya alay," komentar Vivia. Ify cuek bebek di katain ratu lebay.
"Hebat lo Vi, tittle itu emang cocok buat gue, ehh tapi apa aja yang seharian ini ayang Rio lakuin? Berenangkah, bermain basket kah? Ke cafe kah atau ke studio yaa?" kata Ify panjang lebar nyebutin semua yang kemungkinan Rio lakuin.
Tiba-tiba Vivia berhenti. Matanya menyipit memandang dengan teliti kedepan tepatnya ke dua orang yang sedang tertawa-tawa bersama Alvin dan Divana. Ify yang aneh karena tak ada respon dari Vivia langsung mengikuti arah pandang Vivia. Oh Alvin dan Divana, emang ada apa sih kok sahabatnya ngeliatnya kayak gitu, si Ify emang kurang konek hati sama otaknya nyangkut di rumah Rio.
"Dasar playboy cap ikan tongkol. Cewek mana aja di deketin," kata Vivia dari nada bicaranya tersendar kesal. Memang si Alvin sekarang gak pernah lagi gangguin Vivia semenjak acara terang-terangan penolakan tidak mengakui Alvin sebagai pacarnya. Ify curiga.
"Lo cemburu yaa?" selidik Ify kayak polisi yang lagi introgasi tersangka kasus pencopetan.
"Gue? Cemburu? Haha ya nggak lah!" kata Vivia tertawa hambar. Ify mengangguk-ngangguk. Tiba-tiba Alvin melihat ke arah mereka tanpa ada senyum satu inchi pun di wajahnya yang ada langsung melengos malas.
Vivia kok ngerasa ada yang sesak ya di salah satu organ tubuhnya ya tepatnya di bagian dada kayak seseorang penderita asma yang lagi kumat! Kenapa di saat Alvin gak tersenyum dan malah melengos itu rasanya kayak penderita asma itu.
"Lo nggak kangen gitu hidup lo di rusuhin Alvin?" tanya Ify membuat Vivia menoleh kearahnya. Kangen? Apa Sivia emang kangen ya sama ke jailan dan kerusuhan Alvin yang di timbulkan di kehidupannya?! Sivia diam Ify ngerti Sivia kehilangan Alvin tapi gengsinya udah akut tinggi setinggi menara eifel di paris jadi mati-matian Vivia menyangkal hatinya untuk mengatakan tidak kangen sama Alvin.
"Lo harus nyadarin perasaan lo sebelum semuanya terlambat. Jangan biarin gengsi melebihi menara Eifel di Paris. Menurut gosip yang beredar Divana naksir juga sama Alvin."kata Ify memanas-manasi Sivia.
"Gue udah tahu. Gue.. Gue.. Gak ngerti Fy, kenapa tadi saat mata kita bertemu dan Alvin lebih memilih ngacuhin gue, rasanya sesak banget, padahal waktu hidup gue sehat gak ngidap penyakit asma,"kata Vivia alay juga.
"Udah jelas lo suka sama Alvin, kalau suka ngomong dong gak boleh diem aja kayak ayam yang terkena virus flu burung," kata Ify. Vivia jadi berpikir, benar Dia harus ngomong sama Alvin. Peduli amat sama gengsi dari pada hatinya berkeping-keping menjadi beberapa bagian.
"Pikirin baik-baik nasihat gue!"kata Ify
"Oke. Gue bakalan nembak Alvin" kata Vivia mantap
"Lah kalian kan udah jadian" Ify jadi bingung.
"Belum terdaftar di KUA" balas Vivia. Ckck emang pernikahan.
"Serah deh serah lo maunya gimana, gue mah cukup jadi penonton sambil ngunyah popcorn menyaksikan telenovela alay yang tokohnya lo sama Alvin" kata Ify akhirnya. Vivia mengangguk-ngangguk lagi memantapkan hatinya untuk benar- benar menembak Alvin!
bersambung...
[sumber]
0 comments:
Post a Comment